Oleh : Nuruddin
Hidayat
Sebagai tokoh yang dihormati dan dikagumi banyak orang, rumah
Gus Dur tak pernah sepi dari kunjungan para tamu, baik dari warga NU, pejabat,
politisi, wartawan dan sebagainya.
Gus Dur menerima tamu-tamunya biasanya dengan pakaian non
formal. Karena kondisi fisiknya yang sudah lemah, biasanya para tamu diajak
mengobrol sambil tiduran.
Sayapun merasa terheran-heran ketika ada tamu, Gus Dur minta
untuk digantikan pakaiannya dengan kain sarung dan peci, seperti ketika mau
sholat Idul Fitri. Seumur-umur saya belum pernah melihat Gus Dur seperti itu.
Rombongan tamu tersebut sampai ditahan agar tidak masuk rumah
dahulu, sampai Gus Dur dipinjami salah satu sarung milik santrinya agar bisa
cepat berganti pakaian.
Tamu, yang diketahuinya ternyata dari Aceh tersebut berpakaian
sederhana, dekil, dan memakai celana seperti yang biasa dipakai oleh bakul
dawet (penjual dawet). Tamu tersebut diantar oleh aktifitis Aceh.
Perilaku Gus Dur dan tamunya juga aneh. Setelah keduanya
bersalaman, Gus Dur pun duduk di karpet, demikian pula tamunya, tetapi tak ada
obrolan diantara keduanya. Gus Dur tidur, tamunya juga tidur, suasana menjadi
sunyi yang berlangsung sekitar 15 menit.
Setelah sang tamu bangun, ia langsung pamit pulang, tak ada
pembicaraan.
Karena merasa penasaran, segera setelah tamu pergi sayapun
bertanya kepada Gus Dur.
NH: “Pak, tumben bapak pakai sarung, ngak biasanya menerima tamu
seperti ini”
Gus Dur: “Itu Wali”
Sayapun kaget dan bertanya “Apa ada wali lain seperti
beliau Pak?”
Gus Dur: “ disini tidak ada, adanya di Sudan yg seperti beliau”
Orang yang sangat dihormati Gus Dur tersebut ternyata adalah
almarhum Tgk Ibrahim Woyla dari Woyla Aceh Barat.
Tokoh ini merupakan orang yang sangat dihormati di Aceh.
Masyarakat Aceh memanggilnya "Tgk Beurahim Wayla" dan percaya bahwa
ia sering menunaikan sholat Jum’at di Makkah dan kembali pada hari itu juga.
Menurut Cerita, masyarakat disana, dia bisa berjalan cepat dan
lebih cepat dari mobil. Dia jarang naik bus, tapi lebih senang berjalan kaki.
Ia juga dipercaya bisa menghilang
Ada orang yang menyebutnya sebagai "dewa tidur", yang
menghabiskan hari-harinya dengan tidur. Tgk.Ibrahim Woyla juga bisa mengetahui
perilaku seseorang dan sering sekali orang yang menemui beliau dibacakan
kesalahannya untuk di perbaiki.
Sebelum terjadinya tsunami, Abu Ibrahim yang pernah mengatakan
''air laut bakal naik sampai setinggi pohon kelapa, terbukti tsunami. Posisi
tidur Abu yang dianggap aneh (melengkung/ meukewien) ucapannya
sedih melihat manusia banyak seperti hewan serta mengatakan dunia ini sudah
semakin sempit dan masih banyak cerita gaib yang menjadi kan ulama kharismatik
ini selalu dicari-cari hanya untuk dimintai berkahnya.
Tokoh kharismatik ini baru meninggal Juli 2009 lalu dalam usia
90 tahun di kediamannya di Desa Pasi Aceh Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat
dan dikebumikan tak jauh dari rumahnya. Ribuan pelayat memberinya penghormatan
terakhir. Bersyukurlah saya yang bisa mengenal langsung Abuya Ibrahim Woyla yg
setiap berkunjung ke Jakarta aku bisa berjumpa. Do’aku selalu untuk Abuya
Iberahim Woyla dan Gus Dur Al fatehah……
0 komentar: