BENTENG merupakan
situs sejarah yang mempunyai cerita tersendiri. Di belakangnya ada kisah
perlawanan, pemberontakan, dan heroisme orang-orang di zamannya. Demikian juga
dengan Benteng Indra Patra yang terletak di Kecamatan Masjid Raya, sekitar 19
km dari Banda Aceh, menuju Pelabuhan Krueng Raya. Benteng ini masih tetap
berdiri kokoh meski telah dihantam tsunami.
Sebagai sebuah situs
bersejarah, Benteng Indra Patra perlu dijaga. Dari segi fisik, secara alami
bangunan akan mengalami kerusakan digerus alam. Hujan, panas, Dinding
mengelupas, batu pondasi berjatuhan satu persatu. Lama kelamaan bentuk aslinya
tidak kelihatan lagi.
Dilihat Dari sisi sejarah, kisah-kisah seputar keberadaan benteng perlahan-lahan akan dilupakan orang. Bahkan orang-orang yang tinggal sekitar benteng pun belum tentu tahu asal muasal dinding besar di hadapan rumah mereka.
Benteng Indrapatra ini
dibangun pada masa kerajaan Lamuri, yaitu sebuah kerajaan hindu pertama di
Aceh. Tepatnya pada abad ke tujuh masehi. Benteng ini dibangun pada posisi yang
sangat strategis karena berhadapan langsung dengan selat malaka. Disebabkan
karena alasan keamanan serta pertahanan kerajaan tersebut.
Saat itu benteng
Indrapatra ini dibangun dengan tujuan untuk membentengi serangan masyarakat
Lamuri dari gempuran meriam-meriam yang berasal dari kapal- kapal perang
Portugis. Di samping itu, benteng ini juga dipakai sebagai tempat beribadah
umat Hindu yang berada di Aceh saat itu.
Peranan dan fungsi
dari benteng Indrapatra berlangsung hingga masa islam tiba di Aceh. Pada masa
kerajaan Sultan Iskandar Muda dengan laksamananya yang sangat dikenal dan
segani yaitu Laksamana Malahayati (laksamana Wanita pertama Di dunia) benteng
ini dipergunakan sebagai benteng pertahanan bagi kerajaan Aceh Darusssalam dari
serangan musuh yang berasal dari laut.
Hingga saat ini hanya
tertinggal dua benteng yang masih berdiri kokoh. Benteng utamanya berukuran 70
x 70m, ketinggiannya mencapai 4 meter, serta ketebalan dinding sampai 2 meter.
Benteng indapatra memiliki arsitektur yang unik, terbuat dari beton kapur (
susunan berasal dari batu gunug, sebagai perekat berasal dari campuran kapur, tanah
liat, dan alusan kulit kerang, serta alat perekat lainnya.
Dalam benteng utama
terdapat dua buah “stupa” atau bangunan yang menyerupai kubah dimana di
dalamnya terdapat sumur sebagai tempat air bersih yang digunakan oleh umat
hindu untuk penyucian diri dalam rangka peribadahan. Di samping itu, di dalam
benteng juga terdapat bunker sebagai tempat penyimpanan meriam, peluru, dan
senjata.
Di setiap sisi dinding
benteng terdapat 11 lubang yang digunakan sebagai tempat pengintai musuh.
Sebagai masyarakat yang menghargai sejarah sudah selayaknya benteng Indra Patra
dirawat dan dilestarikan. Serta agendakan benteng Indapatra sebagai wisata
sejarah anda. Karena sejatinya beragam sejarah terdapat di Aceh.
*Penulis Adalah
mahasiswi ilmu komunikasi Fisip Unsyiah
0 komentar: